Gadis itu melempar ranselnya secara sembarang dan menghempaskan tubuh kecilnya ke atas ranjang dengan penampilan masih berseragam sekolah lengkap dan jilbab yang masih terulur menutupi kepala hingga ke bawah dadanya. Ia menggerutu dan memaki-maki dirinya sendiri. Lagi dan lagi. Gadis itu mendapat nilai ulangan Matematika di bawah rata-rata dan bahkan jauh. Kenapa ia selalu mendapat nilai sekecil ini? Bahkan nilai seperti ini sudah biasa ia peroleh semenjak ia menduduki bangku SMA selama hampir 1 tahun ini. Beda jauh sekali dengan semasa SMP nya yang ia tak pernah keluar dari peringkat 5 besar di sekolahnya.
Apa sebenarnya yang membuat semua ini berubah? Pelajarannya yang sulit? Cara belajarnya yang kurang? Atau karena... aktivitasnya dengan gadget kesayangannya selama ini?
Gadis itu bingung. Ia merasa ia sudah belajar mati-matian untuk mendapat hasil yang bagus, tapi ternyata soal ulangannya tidak sama dengan apa yang ia pelajari. Ya mungkin tingkat kesulitannya saja yang bertambah.
Kali ini gadis yang berusia 15 tahunan itu menangis. Bagaimana bisa orang seperti dia akan memasuki jurusan IPA kalau nilai MTK, Fisika, Biologi dan Kimia nya selalu dibawah rata-rata?
Di sekolah, gadis itu merasa di sudutkan. Memang, tidak benar-benar disudutkan dan dijauhi oleh teman-teman. Hanya saja..... mungkin hampir satu teman kelasnya menganggap gadis ini adalah gadis yang biasa. Yang tidak mempunyai keahlian dalam bidang apapun, palingan hanya musik, itupun ada yang lebih bagus darinya. Kenapa ia bisa berfikiran seperti itu? Tentu saja ia tahu. Dalam segala pelajaran, tidak ada satu warga kelaspun yang bertanya sesuatu kepadanya, padahal terkadang dia tahu jawaban dan cara memecahkan masalah dalam pelajaran tersebut.
"Pasti mereka tidak akan bertanya apa-apa padaku karena mereka fikir aku tidak akan mungkin bisa menjawab pertanyaan mereka. Mereka menganggapku orang yang bodoh" itulah yang selalu ada di benak gadis itu. Terkadang ia berusaha berpikiran positif tapi terkadang ada sesuatu seperti telepati berkata seperti itu kepadanya. Terkadang gadis itu sedih dan bahkan menangis dan tidak ada satu orang pun yang tahu. Yang orang-orang tahu gadis itu adalah gadis ceria dan konyol dan tidak pernah menangis. Gadis juga kadang menangis dan membutuhkan seorang 'teman' benar-benar 'teman' dan ia belum mendapatkannya disana...
Terkadang gadis itu menangis lagi di saat-saat sepi, terbayang kehidupan lamanya di sekolah menengah pertama. Dimana gadis itu memiliki teman-teman yang sangat mengerti dia, yang selalu mendengar ceritanya, yang selalu menemaninya kala gadis itu menangis, yang peduli, yang mempercayai gadis itu sebagai teman curhatnya. Dan sekarang ia 'belum' mendapatkan hal itu....
Gadis tersebut juga terkadang iri melihat teman-teman semasa SMP nya yang dulunya mendapat peringkat di bawahnya, sekarang malah mendapat peringkat tertinggi di kelasnya. Berbeda dengan dia yang tidak pernah masuk dalam peringkat 10 besar setiap pembagian raport. Apa yang sebenarnya mengubahnya? Internet?
Ya. Mungkin Internet.. Belakangan ini ia selalu berhadapan dengan internet dan bahkan setiap hari. Ini akibat adanya jadwal luang dalam hari-harinya. Bila ada waktu luang gadis itu pasti selalu berada di depan gadgetnya entah itu hapdphone, ataupun laptop. Ia menginginkan jadwal yang full belajar sehingga waktunya teratur. Ya, belajar. Bukan hal lain. Pasti yang membaca ini mengatakan gadis itu gila dan tidak mungkin bisa belajar dalam waktu full. Ya memang tidak full. Setidaknya sampai jam 4 sore. Pasti yang membaca ini mengatakan si gadis itu gila. Tapi buktinya tidak. Di SMP dia memang belajar sampai jam 4 dan kadang ada jadwal les sampai jam 6. Dan sekarang dia tidak memiliki jadwal les karena ada kegiatan diluar sekolah yang harus ia ikuti.
Dan gadis itu masih dalam tahap berubah. Ia selalu berniat untuk berubah namun hingga sekarang niat itu tidak pernah ia jalani. Benar-benar. Kita doakan saja semoga gadis yang saya ceritakan dapat berubah menjadi lebih baik :')) Aamiin ya Rabb